Rabu, 22 Oktober 2008

Analisis Konstrastif

Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melaui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkmkan dapat menemukan inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas, dikritik. diulas, dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami Moeliono (1988:32) menjelaskan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan an tar a dua ha I. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti. dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan.
Secara khusus analisis kesalahan kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.
Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik). Sehubungan dengan ini kemudian muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan cabang ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya penyimpangan-penyimpangan,pelanggaran-pelanggaran,atau kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan para dwibahasawan.
Dwibahasawan adalah orang yang mampu menggunakan dua bahasa secara baik. Sedangkan kedwibahasaan adalah suatu alternatif menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seorang individu. Penguasaan bahasa seorang dwibahasawan ini biasa dibedakan atas penguasaan bahasa pertama (Bl) dan penguasaan bahasa kedua (B2). Bl yaitu bahasa yang pertama kali dikenal dipahami, dan digunakan oleh seseorang. Bl sering juga disebut bahasa ibu. B2 diartikan sebagai bahasa yang diperoleh atau dipelajari seseorang sesudah menguasai bahasa pertama.
Ada beberapa jenis kedwibahasaan, yaitu (1) kedwibahasaan terpadu, (2) kedwibahasaan seimbang, (3) kedwibahasaan minoritas, (4) kedwibahasaan koordinatif, dan (5) kedwibahasaan tambahan (Tarigan, 1990:10). Kedwibahasaan terpadu dan koordinatif didasarkan pada kaitan antara Bl dan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan Bl dan B2. Kedwibahasaan minoritas dihubungkan dengan situasi yang dihadapi Bl, sedangkan kedwibahasaan tambahan dikaitkan dengan gengsi atau wibawa dwibahasawan.
Dwibahasawan terpadu adalah orang yang dapat mendudukkan kedua sistem bahasa yang dikuasainya. Sering terjadi dwibahasawan jenis ini menggunakan sistem B2 di saat seseorang menggunakan Bl. Hal ini disebabkan oleh pengajaran bahasa yang tidak menggunakan metode langsung. Peristiwa ini akan terjadi karena pengajaran bahasa yang diterimanya menggunakan metode terjemahan. Setiap dwibahasawan jenis ini berbicara menggunakan B2, pola pikirnya selalu diterjemahkan dulu ke dalam Bl.
Dwibahasawan koordinatif merupakan kebalikan dari dwibahasawan terpadu. Kedua bahasa dikuasai dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-sendiri. Orang ini tidak dapat memadukan kedua sistem bahasa yang dikuasainya. Karena itu, orang yang demikian merupakan penerjemah yang jelek.
Dwibahasawan seimbang adalah pembicara yang sama mahirnya dalam dua bahasa. Dwibahasawan semacam ini bila menjadi penerjemah sangat bagus. Lain halnya dengan dwibahasawan minoritas dan dwibahasawan tambahan. Dwibahasawan minoritas merupakan sekelompok masyarakat kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar dan kuat sehingga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan Bl-nya. Dwibahasawan tambahan adalah pembicara yang dapat menggunakan dua bahasa yang bergengsi dan bermanfaat. Kedua macam bahasa yang dikuasai itu saling melengkapi. saling memperkaya.
Seperti telah Anda ketahui dalam uraian sebelumnya bahwa kemampuan seseorang menguasai lebih dari satu bahasa disebut dwibahasawan. Dalam diri seorang dwibahasawan dapat terjadi perbandingan antara bahasa yang satu dengan lainnya. Peristiwa semacam ini dapat juga terjadi bila seseorang mempelajari B2. la akan selalu membandingkannya dengan Bl. Dengan membandingkan antara dua bahasa itu akan ditemukan faktor persamaan, kemiripan, dan perbedaan. Tindakan semacam inilah pada hakikatnya yang disebut tindak analisis. Metode membandingkan bahasa yang sedang dipelajari seseorang (B2) dengan bahasa yang telah dimiliki lebih dahulu (Bl) dikenal dengan metode linguistik kontrastif.
Dasar utama analisis kontrastif adalah teori belajar ilmu jiwa tingkah laku. Oleh sebab itu terlebih dahulu perlu dipahami teori bahasa yang berdasarkan tingkah laku (behaviorisme) ini. Ada dua butir yang merupakan inti teori belajar ilmu jiwa tingkah laku, yaitu (1) kebiasaan dan (2) kesalahan. Yang dimaksud dengan kebiasaan dan kesalahan adalah kebiasaan berbahasa dan kesalahan berbahasa.
Aliran psikologi tingkah laku menjelaskan pengertian tingkah laku melalui aksi dan reaksi, atau rangsangan yang menghasikan tanggapan (respon). Rangsangan yang berbeda menghasilkan tanggapan yang berbeda pula. Hubungan antara rangsangan tertentu dengan tanggapan tertentu menghasilkan kebiasaan. Kebiasaan ini dapat terjadi dengan cara peniruan dan penguatan.
Ada dua karakteristik kebiasaan. Pertama kebiasaan yang dapat diamati. Kebiasaan ini berupa kegiatan atau aktivitas yang dapat dilihat atau diraba. Kedua, kebiasaan yang bersifat mekanis atau otomatis. Kebiasaan ini terjadi secara spontan, tanpa disadari dan sukar dihilangkan. Di dalam pemerolehan Bl, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui peniruan. Peniruan ini biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan. Melalui kegiatan menirukan, anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai struktur dan pola bahasa ibunya. Peristiwa semacam ini terjadi pula dalam pemerolehan B2. Melalui peniruan dan penguatan para siswa mengidentifikasi hubungan antara rangsangan dan tanggapan yang merupakan kebiasaan dalam ber-B2.
Berdasarkan teori belajar ilmu jiwa tingkah laku yang mendominasi analisis kontrastif, kesalahan berbahasa terjadi adanya transfer negatif. Istilah transfer negatif diartikan dengan penggunaan sistem Bl dalam ber-B2, padahal sistem itu berbeda dalam B2. Kesalahan semacam inilah yang menyebabkan proses belajar B2 gagal. Oleh sebab itu, kesalahan konsep semacam ini harus dihilangkan agar proses belajar berbahasa sesuai dengan yang dikehendaki dan pengajaran B2 berhasil.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan berbahasa bersumber pada transfer negatif. Transfer negatif ini sendiri terjadi sebagai akibat penggunaan sistem yang berbeda antara Bl dan B2. Perbedaan sistem bahasa itu dapat diidentifikasi melalui Bl dengan B2. Kesalahan berbahasa dapat dihilangkan dengan berbagai cara, antara lain menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan, dan penguatan.
Dengan demikian, analisis kontrastif dapat diartikan sebagai prosedur kerja. la merupakan aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur Bl dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa
Hipotesis Analisis Kontrastif
Setelah Anda memahami apa sebenarnya analisis kontrastif, Anda akan memasuki pembicaraan hipotesis analisis kontrastif. Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu persoalan. Nah, persoalan yang kita hadapi sekarang adalah persoalan analisis kontrastif. Agar kita mendapatkan gambaran apa dan bagaimana hipotesis analisis kontrastif, marilah kita perhatikan uraian di bawah ini.
Perbandmgan antara struktur Bl dengan 82 yang akan dipelajan oleh para siswa menghasilkan identifikasi perbedaan antara kedua bahasa tersebut. Perbedaan itu merupakan dasar untuk memperkirakan butir-butir yang menimbulkan kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa yang dihadapi oleh para siswa. Berpijak dari timbulnya kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa inilah muncul bipotesis analisis kontrastif.
Ada dua jenis hipotesis analisis kontrastif. Pertama, hipotesis bentuk lemah. Hipotesis ini menyatakan bahwa analisis kontrastif hanyalah bersifat diagnostik Karena itu analisis kontrastif dan analisis kesalahan harus sating melengkapi. Analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana termasuk ke dalam kategori yang disebabkan oleh perbedaan Bl dan B2. Analisis kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan di dalam korpus bahasa siswa. Kedua, hipotesis bentuk kuat. Hipotesis ini menyatakan bahwa semua kesalahan dalam B2 dapat diramalkan dengan mengidentifikasi perbedaan antara Bl dengan B2 yang dipelajan oleh siswa. Hipotesis ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut.
(1) Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan dalam pengajaran B2 adalah interferensi Bl (bahasa ibu).
(2) Kesulitan belajar itu sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan antara Bl dan B2.
(3) Semakm besar perbedaan antara Bl dengan 62 semakin besar kesulitan belajar yang timbul.
(4) Hasil perbandingan antara Bl dan B2 diperlukan untuk meramalkan kesulitan dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar B2.
(5) Unsur-unsur yang serupa antara Bl dan B2 akan menimbulkan kesukaran bagi siswa.
(6) Bahan pengajaran dapat disusun secara tepat dengan membandingkan kedua bahasa itu, sehingga apa yang harus dipelajan siswa merupakan sejumlah perbedaan yang disusun berdasarkan analisis kontrastif.

Ada tiga sumber yang digunakan sebagai penguat hipotesis analisis kontrastif, yakni (1) pengalaman guru B2, (2) telaah kontak bahasa di dalam situasi kedwibahasaan, (3) dan teori belajar.

Pengalaman Guru B2

Setiap guru B2 yang sudah berpengalaman pasti mengetahui bahwa kesalahan yang cukup besar dan selalu berulang dapat dipulangkan kembali pada Bl siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat berupa pelafalan, susunan kata, pembentukan kata, susunan kalimat. dan sebagainya. Sebagai contbh anak Jawa (Bl bahasa Jawa) berbahasa Indonesia (B2). Kesalahan-kesalahan itu akan tampak dengan jelas pada contoh kalimat di bawah ini.
Lha, ini sing marahi. (Na, inilah penyebabnya).
Kari sebentar wae Iho, Pak?! (Sebentar lagi, Pak!).
Ini rumahnya siapa? (Ini rumah siapa?)
Ali duduk di kursi muka sendiri. (Ali duduk di kursi paling depan).
Telaah Kontak Bahasa di dalam Situasi Kedwibahasaan
Dwibahasawan yang mengenal dua bahasa atau lebih merupakan wadah tempat terjadinya kontak bahasa. Semakin besar kuantitas dwibahasawan semakin intensif pula kontak antara dua bahasa atau lebih itu. Kontak bahasa mengakibatkan timbulnya fenomena saling mempengaruhi. Bila seorang dwibahasawan lebih menguasai Bl, maka Bl itulah yang banyak mempengaruhi B2. Demikian pula sebaliknya.

Teori Belajar
Teori belajar terutama teori transfer sangat mendukung hipotesis analisis kontrastif. Transfer adalah suatu proses yang melukiskan penggunaan tingkah laku yang telah dipelajari secara otomatis dan spontan dalam usaha memberikan balikan baru. Transfer dapat bersifat negatif dan dapat pula bersifat positif. Transfer negatif terjadi jika tingkah laku yang telah dipelajari berbeda dengan tingkah laku yang sedang dipelajari. Sebaliknya, transfer positif terjadi apabila pengalaman masa lalu sesuai dengan tingkah laku yang sedang dipelajari.
Jika pengertian kedua macam transfer itu dikaitkan dengan pengajaran bahasa, transfer negatif terjadi kalau sistem Bl yang telah dikuasai digunakan di dalam B2. Padahal sistem kedua bahasa itu berbeda. Sebaliknya, jika sistem itu sama maka terjadi transfer positif. Transfer negatif dalam pemerolehan bahasa kedua (B2) disebut interferensi. Interferensi menimbulkan penyimpangan. Penyimpangan menimbulkan kesalahan berbahasa.

Manfaat Analisis Konstrastif
Apakah analisis kontrastif dapat menyelesaikan masalah-masalah kesulitan belajar siswa dalam hal belajar bahasa? Jawaban yang paling mudah adalah belum tentu. Sebagai suatu ilmu analisis kontrastif mempunyai kelemahan-kelemahan di samping kelebihannya. Bertolak dari kelebihannya, bagaimanapun analisis kontrastif tetap memiliki manfaat. Manfaat yang dimaksud sebagai berikut.
(1) Analisis kontrastif dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam proes belajar B2.
(2) Dengan metode analisis kontrastif akan ditemukan butir-butir kesulitan belajar siswa.
Pembuktian kesulitan akan diperoleh melalui kegiatan belajar secara teratur di kelas
Sumber Buku Analisis Kesalahan Bahasa Karya Leo Idra Ardiana dan Yonohudiyono

Tidak ada komentar: